Rabu, 25 Juli 2012

Rahasia di Balik Pesona Tenun NTT


Foto: Dok. Tempointeraktif
Tak diragukan lagi bahwa Indonesia memang kaya akan ragam motif kain tradisionalnya. Kenyataan ini didukung dengan banyaknya wilayah di Indonesia yang menekuni proses pembuatan kain tenun.
Salah satu wilayah yang sangat terkenal dengan tenunnya adalah NTT. Hebatnya, kerajinan tangan yang satu ini telah menjadi incaran pasar nasional hingga internasional. Menurut Stephanus Hamy, hal ini terjadi karena hampir sebagian besar motif pada kain tenun NTT menyimpan filosofi yang diambil dari kepercayaan masyarakatnya.
Contohnya, motif biawak/ tokek yang kerap menghiasi tenun ikat asal NTT. Biawak dipercaya sebagai hewan yang sakral, dan ketika ‘dituangkan’ dalam kain sebagai motif, hal ini membuat kain terasa sakral dan terasa eksotik.

Selasa, 24 Juli 2012

SENI TENUN NUSANTARA


Tenun Songket Palembang
Konon, tenun di daerah Palembang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Teknologi pembuatannya sebenarnya bukan murni berasal dari daerah tersebut, melainkan dari China, India, dan Arab. Adanya perdagangan antar bangsa dengan Kerajaan Sriwijaya yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya akulturasi. Dan, salah satu unsur kebudayaan yang diserap masyarakat Palembang adalah dalam hal pembuatan kain tenun.
Tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan, maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga digunakan dalam acara resmi penyambutan pejabat dari luar maupun dari Palembang sendiri.
Motif-motif songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris, dan campuran antara tumbuh-tumbuhan juga geometris. Motif-motif tersebut diwariskan secara turun-temurun sehingga polanya tidak berubah. Beberapa nama motif tenun songket Palembang antara lain: lepus piham, lepus polos, bungo mawar, biji pare, jando berhias, tigo negeri, emas jantung, dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh-contoh motifnya:
Sumber: Melayu Online
Dewasa ini, songket tidak hanya diproduksi sebagai sarung atau kain saja, tetapi juga sudah diproduksi ke jenis-jenis produk lainnya. Contohnya seperti gambar dinding, taplak meja, permadani, baju wanita, sprei, selendang, sapu tangan, dan lain-lain.
Kain Tapis
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang dibuat dari tenunan benang kapas dengan motif-motif beragam, seperti motif alam, flora, dan fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan perak. Tenunan ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah. Menurut Van der Hoop, sejak abad II Masehi, orang-orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan dan kain Pelepai. Kedua hasil tenunan tersebut memiliki motif-motif seperti motif kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal, binatang, matahari, bulan, serta bunga melati. Setelah melewati rentang waktu cukup panjang, akhirnya lahirlah kain tapis Lampung. Orang-orang Lampung terus mengembangkan kain tapis ini sesuai dengan perkembangan zaman baik dari segi teknik pembuatannya maupun motifnya.
Jenis kain tapis bermacam-macam, dapat dilihat menurut daerah asalnya ataupun menurut pemakainya. Menurut daerah asalnya, beberapa jenis kain tapis antara lain sebagai berikut: dari daerah Pesisir, seperti tapis Inuh, Cucuk Andak, Semaka, Kuning, Cukkil, dan Jinggu; dari daerah Sungai Way Kanan, seperti tapis Jung Sarat, Balak, Pucuk Rebung, Halom/Gabo, Kaca, Lawok Halam, Tuha, Raja Medal, dan Lawok Silung. Sedangkan contoh tapis menurut pemakaiannya antara lain adalah: tapis Jung Sarat, biasa dipakai pengantin wanita pada upacara perkawinan adat; tapis Raja Tunggal, dipakai oleh istri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat dan pengambilan gelar, baik gelar pangeran maupun sultan; tapis Raja Medal, biasa dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua pada upacara adat, seperti upacara mengawinkan anak dan pengambilan gelar pangeran; tapis Laut Andak, biasa dipakai oleh gadis penari pada acara adat cangget; dan lain-lain. Itu adalah beberapa contoh dari jenis tapis menurut pemakainya.
Sumber: Melayu Online
Ulos Batak
Kain ulos khas Danau Toba ini merupakan salah satu kerajinan tradisional Batak yang sangat terkenal. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ini didominasi warna merah, hitam, dan putih. Dulu, kain ini hanya digunakan sebagai selendang dan sarung untuk pasangan kebaya. Namun, saat ini telah mengalami modifikasi sehingga kerap digunakan dalam produk-produk yang lebih menarik dan bernilai ekonomis, seperti sarung bantal, tas, pakaian, dan lain-lain.
Bagi orang Batak, ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain secara garis besar ada tiga cara, yakni dengan siabithononton (dipakai),sihadanghononton (dililit di kepala/ditenteng), sitalitalihononton (dililit di pinggang). Namun, tidak semua jenis ulos dapat dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Selain sebagai pelindung tubuh, ulos juga berfungsi simbolik. Kain ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk melindungi pemakainya.
Ada beragam jenis ulos, di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang, ragihotang, mangiring, dansadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut mempuyai tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit pembuatan sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal. Dikabarkan, saat ini, sebagian besar ulos Batak hampir punah, karena sudah tidak diproduksi lagi, seperti ulos raja, ragi botik, gobar, saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan ulos sibolang.
Ulos Suji — berasal dari kota Tarutung daerah Batak, Sumatra Utara. Kain ini kaya dan sarat dengan ragam hias songket dari benang emas (Sumber: Petra Christian University)
* * *
Sekarang, mari kita beranjak untuk mengenal tenun di pulau berikutnya! Jawa! :D

4. Jawa

Walaupun pulau Jawa lebih terkenal dengan beragam batiknya, namun ada sebuah kemungkinan bahwa dulu, jauh sebelum dikenalnya batik, teknik tenun ikat telah terkenal terlebih dahulu. Menurut para arkeolog, relief pada candi-candi peninggalan abad ke-14 menyerupai motif-motif ragam hias batik. Namun, Matiebelle dalam bukunya yang berjudul “Splendid Symbol, Textiles and Tradition in Indonesia (1977)” mengatakan bahwa kemungkinan motif tersebut tidak hanya diterapkan pada batik saja, melainkan sudah terlebih dahulu ada pada kain TENUN ikat.
Terlepas dari sejarah tenun di pulau Jawa, ada beberapa daerah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif indah bahkan dilirik di mancanegara, seperti tenun Baduy dari Banten, Jawa Barat dan tenun troso dari Jepara, Jawa Tengah.
Tenun Troso
Troso adalah nama salah satu desa di kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara. Di desa inilah, komunitas pengrajin tenun troso berkegiatan. Sebenarnya, tenun troso adalah teknik tenun gedok dan dalam jangka waktu cukup panjang berkembang menjadi tenun ikat. Kerajinan tenun ini yang berkembang sejak zaman Belanda ini memiliki sekitar 50 corak khas Troso yang dijaga keasliannya, seperti corak ikat lusi, ikan pakan, dan lurik. Selain corak-corak tersebut, beberapa pengrajin tenun Troso pun mengatakan bahwa banyak juga corak Troso yang mengadopsi corak daerah lain, seperti corak primitf dari Sumbawa dan Kalimantan.
Di Jepara, tenun Troso merupakan seragam resmi PNS dan karyawan BUMD setiap hari Kamis – Sabtu. Namun, setelah diberlakukan lima hari kerja, tenun Troso dipakai sebagai seragam pada hari Kamis dan Jum’at.
Tenun Baduy
Jika menelaah asam mula tradisi menenun di Baduy, tentu saja akan berhubungan dengan sejarah masyarakat itu sendiri. Menurut Anisjatisunda, budayawan Sunda yang lama meneliti Baduy, tenun Baduy sudah ada sejak masyarakat itu menetap di balik Gunung Kendeng (wilayah Kanekes sekarang). Untuk memenuhi kebutuhannya akan sandang, masyarakat Baduy pada zaman kerajaan Padjajaran, memanfaatkan potensi alam yang ada. Ketika itu, sumber daya alam berupa kapas adalah yang paling mudah didapat. Sehingga, kapas yang ada diproses menjadi kain dengan pemintalan sederhana, kemudian ditenun dengan alat dari kayu dan bambu yang ada di sekitarnya.
Warna putih yang menjadi dominasi warna dalam tenun Baduy selain hitam, merupakan warna paling awal yang digunakan oleh Masyarakat Baduy. Warna putih tersebut tidak diwarnai karena tetap menggunakan warna asli kapas yang putih. Warna putih ini bermakna terang, bersih, atau dilambangkan sebagai Hyang yang tidak memiliki wujud. Untuk warna hitam dalam tenun Baduy, merupakan ciri khas yang dimiliki oleh Baduy Luar. Warna hitam di sini mengandung makna gelap atau malam. Dalam konteks Baduy, warna ini akan menjadi pelindung di balik yang terang.
Tenun Baduy ini selain sangat dilirik desainer lokal karena keeksotisannya, ternyata dikabarkan juga pernah masuk ke pasar mancanegara, yakni Eropa dan Timur Tengah.

5. Bali

Bali juga memiliki berbagai macam tenun yang digemari baik oleh desainer lokal maupun internasional, seperti tenun gringsing dari Karangasem, tenun cepuk dari Nusa Penida, dan tenun endek.
Tenun Gringsing
Atau disebut juga wastra gringsing dibuat dari benang kapas dengan beragam motif yang dibentuk dari tenun ikat ganda (mengikat benang lungsi dan benang pakan sekaligus). Konon jenis tenunan ganda seperti ini sangat langka, hanya terdapat di Jepang juga India, selain Indonesia. Pembuatannya memerlukan waktu cukup lama, mulai satu sampai lima tahun lamanya, dan dilakukan dengan teknik yang sukar. Nantinya, hasil tenun gringsing ini akan membentuk pola geomteris rapi yang serasi dan indah.
Wastra gringsing ditenun oleh masyarakat desa Tenganan Pagringsingan. Akan tetapi proses pencelupan warna nila dan cokelat justru dilakukan di desa lain. Karena hal tersebut dianggap tabu jika dilakukan di desa yang sama. Oleh karena itu, proses pencelupan warna nila biasanya dilakukan di desa Bug-bug dan warna merah kecokelatan dilakukan di desa Nusa Penida.
Motif-motif yang sering digunakan dalam tenun Gringsing sangat khas, antara lain motif Wayang Bah yang diambil dari cerita Mahabaratha. Tenun dengan motif ini sering digunakan dalam tarian Abuang dan Rejang pada upacara-upacara ritual sakral baik oleh lelaki maupun perempuan. Di luar desa Tenganan, kain gringsing dipakai sebagai alas kepala dalam upacara pemotongan gigi yaitu upacara metatah atau mepandes. Kain ini juga digunakan dalam upacara menek daha (upacara penandaan akil balig) dan pemapah pengantin dalam upacara perkawinan. Oleh dukun atau penyembuh, kain gringsing digunakan untuk mengobati orang yang sakit dengan cara menutupi badan atau bagian-bagian yang sakit dari penderita. Di samping itu, kain gringsing juga digunakan untuk menghias pura, tempat suci, dan menara dalam upacara ngaben.
Tenun Endek
Tenun endek menggunakan teknik tenun ikat dengan penyempurnaan ragam hias pada bagian-bagian tertentu di kain dengan menambahkan coletan yang disebut nyantri. Nyantri adalah penambahan warna dengan goresan kuas dari bambu seperti orang yang melukis. Motif nyantrinya beragam, seperti flora, fauna, juga motif-motif yang diambil dari mitologi Bali dan wayang. Tenun endek ini juga banyak diberi kombinasi songket benang emas atau perak yang terdapat pada hiasan pinggir kain.
Tenun endek dapat dijumpai dalam dua macam bentuk umum. Yang pertama berbentuk sarung dan biasa digunakan oleh laki-laki. Kain sarung endek ini mempunyai sambungan di bagian tengah atau sampingnya. Bentuk yang kedua berupa kain panjang dan biasa digunakan oleh perempuan. Kain ini mempunyai motif di bagian pinggir sedangkan bagian tengahnya polos.
Endek sering digunakan sebagai pakaian adat, dan diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Selain sebagai pakaian adat, tenun endek juga dapat dijumpai pada kemeja laki-laki, gaun, ataupun bahan dekorasi desain interior suatu hunian.

6. Lombok

Ya, sekarang kita pergi beranjak ke pulau berikutnya! Pulau Lombok.. Tidak hanya menyimpan keindahan alam maupun seni budaya, Lombok juga memiliki kerajinan tangan yang unik, yakni tenunannya dengan motif-motif yang cantik juga khas.
Tenun Sasak
Desa Sade adalah salah satu sentra produksi tenun Sasak yang terkenal di Lombok. Kaum wanitanya melakukan pembuatan tenun dengan cara-cara lama, mulai dari pembuatan benang tenun yang menggunakan bahan-bahan alami seperti serat nanas, serat pisang, kapas, kulit kayu; juga dalam hal pewarnaan yang menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti warna kuning dari kunyit, coklat dari kulit kayu, merah dari daun sirih, dan ungu dari nila.
Menurut salah seorang pengrajin tenun sasak dari Desa Sukarara, Lombok Tengah, motif tenun sasak lebih dari 150 jenis, baik motif asli dari perajin terdahulu maupun hasil pengembangan perajin berikutnya. Untuk motif-motif tenun Sasak hasil proses kreatif antara lain adalah subahnale kembang nyiur, subahnale bali, bulan kurung, dan bintang remawe.
Tenun Sasak
Tenun Bayan
Ragam corak tenun yang berbeda juga dapat ditemui di Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Di daerah ini, kain tenun dengan corak tertentu bahkan wajib dimiliki oleh warga masyarakat adat. Sebagai contoh, kain tenun seperti londong abang (kain merah) wajib digunakan ketika menghadiri acara ritual adat, seperti maulidan, lebaran, dan ngaji makam.
Pembuatan tenun Bayan cukup rumit dan sulit. Semua proses pembuatannya menggunakan peralatan kayu dan bambu yang dioperasikan secara manual. Waktu pengerjaannya bisa sampai dua mingguan. Dalam proses ini walau mungkin sama dengan yang terdapat di tempat-tempat lain, namun yang membedakan antara tenunan Bayan dengan tenunan luar Bayan adalah setiap corak yang dibuat menggambarkan pemakainya berasal dari gubug atau kampung tertentu di Bayan.

RAGAM HIAS NUSANTARA


Sumatera
1. Batik Aceh
Batik Aceh mengeluarkan warna-warna yang cenderung berani, merah, hijau, kuning, merah muda.  Biasanya motif batik Aceh yang tertera pada kain melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tingi pintu yang rendah. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat, motif ini mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Motif bunga jeumpa-bunga kantil, diambil karena banyak terdapat di aceh. Kuatnya pengaruh islam juga turut mewarnai motif-motif batik diantaranya ragam hias berbentuk sulur, melingkar, dan garis.
2. Batik Bengkulu : Kain Besurek, Batik Kanganga (Batik Rejang Lebong).
Kain Besurek memiliki motif khas yang bernuansa kaligrafi Jambi dan Cirebon. Adopsi ini akhirnya membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik Kanganga memiliki motif khas yaitu berupa huruf asli Rejang. Motif kain besurek yang bertuliskan huruf arab yang dapat dibaca, kain ini sangat sakral, terutama pada pemakaian kain upacara adat pengantin dan untuk menutupi mayat. Kain jenis ini biasanya berbentuk kerudung wanita calon pengantin yang digunakan untuk upacara ziarah ke makan para leluhur. Kain jenis ini tidak boleh dipergunakan secara sembarangan.

 

3. Batik Jambi : Batik Kerinci (daerah Barat Jambi).
Kain dasar batik Jambi diberi pewarna alami dari tanaman dan buah-buahan seperti getah kayu dan saga. Warna khas : merah, kuning, biru, hitam. Motif batik Jambi pada umumnya diambil dari alam, seperti tumbuhan, hewan dan aktivitas sehari-hari warga Jambi. Motifnya satu-satu atau biasa disebut ceplokan. Motif batik Jambi yang sangat terkenal adalah motif kapal sanggat, kuau berhias, durian pecah, merak ngeram, tampok manggis. 


4. Batik Padang.
Warna batik Padang kebanyakan hitam, kuning, merah, ungu. Polanya Banyumasan, Indramayuan, Solo, Yogya. 
5. Batik Riau,
Di Riau ada batik Batik Selerang  yang sayangnya kabarnya sudah menghilang dan Batik Tabir. Batik Tabir warnanya lebih terang dan cerah seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motif batik Riau adalah bunga bintang, sosou, cempaka, kenduduk


Itu sekilas tentang batik di Sumatera. Bagaimana di Jawa? Ups, jangan ditanya lagi. Katanya, batik terlahir di tanah Jawa. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi perempuan.
Kita mulai dari Jawa bagian Barat dulu yuk!
Di Jawa Barat ada batik Pasundan, batik Banyumas, batik Ciamis, batik Cirebon, batik Garut, batik Indramayu, batik Sumedang, batik Tasikmalaya.
Jawa Barat
1. Batik Banyumas
Batik Banyumas biasa sering disebut dengan batik Banyumasan. Warna  khas batik Banyumasan yaitu coklat gelap. Batik Banyumasan juga dominan dengan warna hitam dan kuning keemasan Typical batik Banyumasan terinspirasi dari gaya batik Yogya, Solo dan Lasem. Kain batik Banyumasan yang asli dicap bolak-balik.


2. Batik Ciamis
Sedangkan untuk motif Batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan.
3. Batik Cirebon
Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat.  Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.


Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak. 
  
Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan : Motif Ganggang .
Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung.    Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam dan krem. 


Motif Mega Mendung yang tidak ditemui di daerah lain, yaitu motif berbentuk awan yang bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif ini mendapat pengaruh dari keraton-keraton di Cirebon.  Motif ini kaya akan warna merah, biru, violet, dan keemasan.
3. Batik Garut atau Garutan
Warna cerah dan penuh pada sisi lainnya, menjadi ciri khas batik Garutan. Didominasi warna dasar krem atau gading (gadingan), biru, dan soga agak merah. Adanya warna ungu pada corak / desain batik garutan.
Motif batik Garutan adalah Limar, Merak Ngibing yang menggambarkan sepasang burung merak sedang menari. Kemudian ada corak bulu ayam yang memperlihatkan ekor ayam yang panjang dan dilengkung setengah lingkaran. Selain itu, ada juga lereng adumanis, lereng suuk, lereng calung, lereng daun, cupat manggu, bilik, sapu jagat, lereng peteuy dan lainnya. Motif-motif yang dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya. Bentuk-bentuk lain dari motif batik Garut adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat.


4. Batik Indramayu : Batik Dermayon , Batik Paoman
Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam.
Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.  


Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.  
Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong (ikan, udang, cumi, kepiting, dll), Kapal Kandas, Ganggeng (ganggang laut), Kembang Gunda (tumbuhan yang hidup di pinggir pantai), dan Loksan.  Motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.   
Ragam hias geometris pada Batik Indramayu, antara lain: banji, kembang kapas, sijuring, pintu raja, obar-abir dan kawung.
5. Batik Sumedang atau Batik Kasumedangan
Dengan warna kain merah, motif batik Kasumedangan yaitu berpola ceplokan motif utama pada latar vertikal, horisontal atau polos, dan menemukan makna-makna simbolis dari motif-motif tersebut.
6. Batik Tasikmalaya : Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)
Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga.  Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.


Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.
Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.
Oh iyah, di Banten juga ada batiknya sendiri. Hampir saja saya terlupakan untuk menjelaskannya.
7. Batik Banten
Motif khas Banten yaitu motif datulaya, dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun dengan warna dasar biru, variasi motif pada figura sulur-sulur daun berwarna abu-abu pada dasar kain warna kuning.  Sebenarnya ada 75 ragam hias batik Banten tang berbentuk tumpal dan belah ketupat, namun sekarang hanya 12 motif yang diproduksi yaitu : datulaya, pamaranggen, pasulaman, kapurban, pancaniti, mandalikan, pasepen, surasowan, kawangsan, srimanganti, sabakingking, dan pejantren.


Datulaya berasal dari kata  Datu dan Laya. Datu berarti pangeran dan Laya adalah tempat tinggal
Yuuk kita pindah ke Jawa Tengah, jangan bosan yah untuk terus menyimak. Di Jawa Tengah ada batik Brebes atau dikenal dengan nama batik salem, batik Karanganyar, batik Klaten, batik Lamongan, batik Lasem, batik Pekalongan, batik Purworejo, batik Semarang, batik Solo, batik Sragen dan batik Tegal.
JawaTengah
1. Batik Karanganyar.
Sejarah dan pengembangannya batik di Kabupaten Karanganyar mengalami perkembangan yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.


2. Batik Lasem : Batik Tiga Negeri
Warna dasar kain beige, kuning. Dengn kombinasi warna corak merah, biru, kuning, hijau. Corak atau motifnya flora, fauna, naga


3. Batik Pekalongan
Warna kain beragam dan cerah, merah, kuning, hijau, biru, merah muda, dll.  Warna Batik Pekalongan yg pertama kali muncul adalah warna merah bata dan coklat. Motif batik Pekalongan kuno adalah motif yang dipakai saat pertama kali batik Pekalongan muncul. Motif ini biasanya berbentuk tentara Belanda atau orang Belanda dengan segala atributnya, atau bahkan berbentuk motif tank tentara. Motif Pekalongan sekarang lebih cenderung ke motif bunga atau biasa masayarakat menyebutkan motif buketan.


4. Batik Semarangan
Didominasi warna coklat dan hitam, kuning dan hijau dengan motif sarung kepala pasung
5. Batik Solo : Batik Saudagaran
Didominasi warna soga (coklat) dan biru tua.
Motif batik Solo adalah sidomukti, sidoluruh, lereng.  Motif batik Kebumen adalah pohon-pohon, burung-burungan. Motif-motif yang dilarang dibuat atau motif larangan adalah : motif Parang Barong, Parang Rusak dan Udan Liris.
Desain batik saudagaran terkesan berani dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warnanya.  Batik saudagaran muncul di daerah Surakarta dan Yogyakarta.



6. Batik Tegal : Batik Tegalan
Warna dasar kain hitam dan putih. Batik tegalan didominasi warna coklat dan biru. Ciri khas lain batik Tegalan adalah berwarna-warni.
Corak gambar atau rengrengan besar dan melebar. Motifnya banyak mangadaptasi dari aneka flora dan fauna disekitar kehidupan masyarakat di kota Tegal. Motif Grudo (Garuda) dengan warna terang yang mempertontonkan bentuk-bentuk sayap burung garuda dan motif Gribigan dengan bentuk khas anyaman bambu dalam warna agak gelap. Motif lainnya seperti kuku macan, tapak kebo, beras mawur, ukel, batu pecah, kotakan, cecek awe, tambangan, grandilan, sawo rembet, buntoro, karung jenggot, kopi pecah, corak daun teh, poci, cempaka putih, benang pedhot, mayang jambe.


7. Batik Yogyakarta : Batik Tha Thit (Gunung Kidul), Batik Geringsing (Dusun Pijenan), Batik Bantulan (Bantul)
Warna dasar kain putih, motif kain didominasi warna coklat tua,dan hitam. Sedangkan Batik Tulis Giriloyo kainnya berwarna dasar hitam.
Ada 400 motif batik khas Yogyakarta.  
Motif batik klasik Yogya yaitu motif parang, motif geometri, motif banji, motif tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, motif bunga, motif satwa dalam alam kehidupan, babon angrem, mendut, wahyu tumurun, pisang bali, dll.   
Motif yang biasa dipergunakan :seperti sido asih, keongan, ciptoning, keleng alus, sidomulyo, mukti, sidomukti.  Motif yang dilarang dibuat atau batik larangannya adalah : motif semen seperti semen ageng dan ragam hias peksi huk


Jawa timur
1. Batik Banyuwangi : Batik Gajah Uling
Dasar kain berwarna putih dengan motif gajah uling. Gajah uling dari kata gajah dan uling yaitu sejenis ular yang hidup di air, semacam belut. Ciri itu berbentuk seperti tanda tanya yang secara filosofis merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Motif lain yang terdapat pada kain batik Banyuwangi yaitu kupu - kupu, suluran (sejenis tumbuhan laut), manggar (buah pinang/bunga kelapa)
2. Batik Madura : Batik Tanjungbumi, Batik Genthong, Batik Tulis Kristal
Warna yang digunakan kebanyakan diambil dari alam. Untuk warna merah hati diambil dari tanaman kaktus, hijau tua dari pohon mondo, serta warna hitam yang merupakan campuran dari warna merah, hijau dan merah.


Batik Madura mengandalkan corak bunga yang unik dengan daun-daunan.  Di daerah ini terdapat beberapa motif batik tertua yakni ramok, tasikmalaya, sebar jagab, rumput laut, okel dan panji lintrik.
3. Batik Mojokerto : Batik Kalangbret 
Dasarnya berwarna putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Batik Majan dan Simo, warna babarannya merah menyala


 4. Batik Pacitan: Batik Parikesit
Batik tulis khas Pacitan tergolong jenis klasik seperti motif sidomulyo, sekar jagat, semen romodan kembang-kembang.


5. Batik Ponorogo : Batik Cap Mori Biru (Batik Kasar)
Yang membuat batik ponorogo terkenal adalah karena pewarnaan nilanya yang tidak luntur. Motif batik Ponorogo adalah ragam hias burung dan bunga 

6. Batik Sidorajo

Corak batik Sidoarjo mengandalkan warna kuning dan merah bata


7. Batik Tuban: Batik Gedog
Warna batik Gedog agak kegelap gelapan. Motif batik didominasi motif burung dan bunga. Motif batik Gedog yaitu panjiori, kenongo uleran, ganggeng, panji krentil, panji serong, dan panji komang. Tiga motif terakhir dahulu hanya dipakai oleh pangeran dan batik motif panji krentil berwarna nila diyakini dapat menyembuhkan penyakit.

  
8. Batik Tulungagung
Berwarna sogan (coklat) dan biru tua (wedelan).
Dengan motif Lung (tumbuhan) dan bunga dengan latar atau dasa cecek yang merupakan ciri khas Batik Tulungagung. Ragam hias batik khas daerah Tulungagung adalah motif perpaduan dari motif truntum dengan motif ceplok atau kotang. Sehingga merupakan motif baru.


Aiih, cantik-cantik bukan?
Yuk, mari kita budayakan cinta batik. Selain cantik, batik adalah peninggalan nenek moyang kita yang juga bisa dikatakan unik, antik dan juga apik. Dan tak salah kan bila saya menyebutnya Si Jarik Cantik!

Sumber data dan foto : UKM Indonesia, Wikipedia, Google